Ulah Shaun Evans dan Ancaman Upaya Damai Bobotoh - Jakmania
Kamis (03/08/17) lalu, Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga menjadi saksi bagaimana sejumlah pendukung klub Indonesia mengikrarkan perdamaian. Namun aksi ini tidak diikuti oleh perwakilan dari Bobotoh, Jakmania, dan Bonek.
Mereka menyebut bahwa perdamaian supporter idealnya berlangsung dari akar rumput, bukan dipaksakan melalui sebuah seremonial. Sebuah refleksi bagaimana sengit dan sensistifnya isu damai dari kelompok suporter ini.
Bukan barang baru memang, bagaimana Bobotoh dan Jakmania berseteru sepanjang sejarah Liga Indonesia dimainkan. Kedua kubu ini kerap terlibat dalam insiden dan tak jarang menimbulkan korban.
Namun Heru Joko selaku perwakilan Viking dan Tauhid Indra Sjarief sebagai Ketua Umum Jakmania pun mencoba untuk mengiris akar rumput. Tak lama berselang, keduanya kerap memamerkan keakrabannya dalam akun Instagram masing-masing.

Terakhir, Bung Ferry, sapaan Ketum Jakmania ini ikut terlibat kala Viking menginisiasi aksi patungan koin untuk membayar denda yang diberikan PSSI kepada Persib terkait koreografi ‘Save Rohingya’.
"Saya berfikir ini bukan aksi politik, ini bukan aksi masalah sara, tapi saya cuma berfikir ini aksi kemanusiaan walaupun itu mungkin penyampaiannya salah menurut PSSI. Tapi niat baik temen-temen Viking di sini harus didukung dengan baik. Saya termasuk orang yang mau mendukung," tegasn Bung Ferry.

Satu gembok ego yang cukup berkarat akhirnya terbuka. Tinggal bagaimana mereka bisa menjahit anggota mereka hingga ke bawah untuk bisa berlaku hal yang sama.
Inilah yang menjadi kekhawatiran besar dari sejumlah publik setelah laga Persija melawan Persib berakhir antiklimaks. Kecerobohan wasit menjadi pioneer utama dalam memanaskan kembali kobaran rivalitas kedua pendukung yang cukup apik dijaga selama ini semangat perdamaiannya.
Belum lagi aksi Umuh yang dinilai tidak cukup dewasa untuk menarik skuatnya ke pinggir lapangan. Sebagai bentuk protes, ada baiknya sebenarnya dilakukan dengan cara yang sudah disepakati dalam regulasi.
Kini, ancaman terusir dari Liga 1 karena Persib dianggap melakukan pelanggaran Pasal 13 poin A, B, dan C mengiringi mereka di sisa laga. Tapi yang lebih parah adalah potensi kibaran konflik bari di antara kedua pendukung.

Jika sudah begini maka kemungkinan mengulas luka lama semakin terbuka. Lini masa di media sosial saja sudah penuh dengan sumpah serapah antara kedua pendukung.
Bukankah, penyerangan di gerbang tol Palimanan yang dialami Jakmania saat berangkat ke Solo harusnya menjadi alarm. Meskipun belum terbukti jika penyerang berasal dari kubu lawan, semestinya ini menjadi sinyal waspada betapa pahitnya konflik di akar rumput.
Sekali lagi, sepakbola bukan cuma nilai gengsi di antara kedua kubu. Tapia da sisi manusiawi yang nilainya lebih dari politik internal di antara klub itu sendiri.