Sikap Arogan Carolina Marin ke An Se-young Berbuntut Panjang, Siapa yang Salah?

Badminton World Federation (BWF) sebenarnya sudah membuat aturan tertulis terkait kode etik yang harus dimiliki oleh pemain dalam suatu turnamen.
Khususnya dalam bagian 2.2.4. pada poin 3.2.3 mengatakan bahwa pemain harus mematuhi aturan terkait perilaku baik pemain sebelum, selama, dan setelah pertandingan berjalan.
Setelah pertandingan selesai, pemain wajib berjabat tangan dengan wasit yang memimpin pertandingan dan lawannya terlebih dahulu.
Baru setelah itu sang pemain boleh meninggalkan lapangan untuk merayakan kemenangan dengan pelatih dan penonton.
Sementara itu, An Se-young justru melakukan kebalikan dari aturan tertulis yang sudah dibuat oleh BWF.
Maka tak ayal jika Carolina Marin marah kepada An Se-young yang mendahulukan selebrasi dengan pelatihnya.
"Statuta BWF, Bagian 2.2.4: Kode Etik Pemain: 3.2.3. Mematuhi formalitas niat baik sebelum, selama, dan setelah pertandingan," tulis BWF dalam aturannya.
"Termasuk berterima kasih kepada Ofisial Teknis dan berjabat tangan lawan. Pemain harus berterima kasih kepada lawan dan wasitnya."
"Hal itu harus dilakukan sebelum meninggalkan lapangan permainan untuk merayakannya bersama pelatih atau penonton," tambah laporan tersebut.
Okay, the timeline that indirectly insulted Marin for reminding An Se Young to shake hands before celebrating was too much already. You guys don't like what Marin did? Mention @bwfmedia and ask them to change their Statutes. Simple.
— Badminton Eropa (@badmintoneropa) September 11, 2023
Document link: https://t.co/LvSOXEMn0g https://t.co/eZlxhGasXa pic.twitter.com/B9GT01cB5Q
Aturan BWF di atas berbeda dengan beberapa komentar di media sosial Twitter, yang mengatakan bahwa sikap arogan Carolina Marin adalah wujud intimidasi kepada An Se-young.