In-depth

Flashback Kejuaraan Dunia 2005: Saat Taufik Hidayat Beri Kekalahan Lin Dan dengan Skor 'Afrika'

Rabu, 28 Juni 2023 02:16 WIB
Penulis: Miranti | Editor: Deodatus Kresna Murti Bayu Aji
© Visual China Group via Getty Images
Sebenarnya kekalahan adalah hal yang biasa dirasakan seorang atlet, termasuk Lin Dan dan Taufik Hidayat yang sudah malang-melintang di dunia bulutangkis. Copyright: © Visual China Group via Getty Images
Sebenarnya kekalahan adalah hal yang biasa dirasakan seorang atlet, termasuk Lin Dan dan Taufik Hidayat yang sudah malang-melintang di dunia bulutangkis.
Ending Tak Semanis Proses

Sebenarnya kekalahan adalah hal yang biasa dirasakan seorang atlet, termasuk Lin Dan serta Taufik Hidayat yang sudah malang-melintang di dunia bulutangkis.

Namun title-nya sebagai ‘Super Dan’ dan penguasa ranking BWF tunggal putra, membuat kekalahan tragis Lin Dan dari Taufik Hidayat di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2005, jadi pergunjingan publik.

Hal yang tak pelak membekas pula di kenangan Lin Dan sampai kapanpun karena dia tidak akan bisa menghapus memori buruk itu.

Apalagi jika mau dibandingkan dengan perjalannya melaju ke final Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2005, sebenarnya Lin Dan cukup heroik dan tidak pantas untuk kalah tragis di final.

Di perempat final misalnya. Lin Dan cukup heroik kala bisa menumbangkan rival bebuyutannya dari Korea Selatan, Lee Hyun-Il dengan skor 5-15. 15-7, 15-8.

Di semifinal, aksi heroik Lin Dan kembali teruji kalah bisa mengalahkan Peter Gade dari Denmarlk dengan skor ketat 15-9, 13-15, 15-11.

Hanya saja memang harus diakui jika Taufik Hidayat di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2005 itu tampil tak kalah ganas sejak awal.

Kenneth Jonassen hingga Lee Chong Wei adalah nama-nama besar penguasa ranking BWF tunggal putra saat itu yang mampu dikalahkan Taufik Hidayat untuk melaju ke final.

Kesimpulannya, Taufik Hidayat memang lebih siap daripada Lin Dan untuk memenangkan Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2005.

Sementara tiga kekalahan lainnya yang diderita Lin Dan dari Taufik Hidayat semasa karier seperti Olimpiade 2004 dan Asian Games 2006.

Di balik rivalitas dan nama besarnya sebagai seorang legenda bulutangkis tunggal putra, mengapa mereka masih enggan menjadi pelatih?